Artikel Islami
1. Bulan Muharram merupakan bulan Allah
Allah ta’ala menyandarkan bulan Muharram kepada Dzat-Nya sebagai bentuk kemuliaan bulan Muharram. Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ
“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah (puasa) di bulan Allah (bulan) Muharram.” (HR. Muslim)
2. Allah mengagungkan perkaranya di dalam Al-Quran.
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu.” (QS. At-Taubah: 36)
Nabi shalallahu alaihi wasallam menyebutkan di dalam haditsnya keagungan bulan Muharram. Di dalam Shahihain dari hadits Abu Bakrah semoga Allah meridhainya, dari Nabi shalallahu alaihi wasallam, bahwasanya beliau bersabda,
إنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
“Sesungguhnya waktu berputar ini sebagaimana ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan. Di antara dua belas bulan itu, ada empat bulan suci (Syahrul Haram). Tiga bulan berurutan: Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram, kemudian bulan Rajab suku Mudhar; antara Jumadi tsaniah dan Syaban.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Banyak ulama yang menguatkan bahwa bulan Muharram adalah bulan yang utama dari bulan-bulan haram.
3. Kerasnya pengharaman kedzaliman di bulan-bulan haram dibanding bulan-bulan lainnya.
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu.” (QS. At-Taubah: 36)
Syaikh as-Sa’di mengomentari ayat tersebut; “Bisa jadi kata ganti (dalam ayat) kembali kepada dua belas bulan, dan bisa jadi kata ganti kembali kepada 4 bulan haram sehingga dilarang berbuat dhalim di dalam 4 bulan haram sebagai pengkhususan mengikuti larangan berbuat dhalim dalam setiap waktu, untuk lebih menguatkan larangannya karena berbuat dhalim di dalam bulan-bulan haram lebih keras pengharamannya dibanding di bulan-bulan lainnya.
4. Larangan berperang
Sebagian mengatakan dinamakan bulan Muharram karena larangan berperang di dalamnya.
5. Disunnahkan puasa pada bulan Muharram.
Keutamaan ini disebutkan dalam riwayat Muslim dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ
“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah (puasa) di bulan Allah (bulan) Muharram.” (HR. Muslim)
Para ulama berselisih pendapat apakah puasa pada seluruh hari di bulan Muharram atau sebagian besarnya. Secara dhahir haditsnya menunjukkan keutamaan berpuasa di seluruh hari di bulan Muharram. Namun sebagian ulama menguatkan bahwa maksudnya adalah berpuasa di sebagian besar hari di bulan Muharram bukan seluruhnya.
6. Puasa yang paling utama di bulan Muharram adalah puasa Asyura yaitu hari kesepuluh Muharram.
Keutamaannya adalah menghapuskan dosa-dosa setahun yang lalu. Rasulullah shalallahu alaihi wasalam ketika ditanya tentang puasa Asyura, beliau menjawab,
يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
”Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim)
Keutamaan ini didapatkan oleh seorang muslim meskipun hanya puasa 1 hari di tanggal 10 Muharram saja dan hal ini bukan perkara yang makruh sebagaimana fatwa al-Lajnah ad-Daimah.
7. Hikmah dari Puasa Asyura
Ada penjelasan hikmah dari puasa Asyura dalam hadits Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma bahwasannya Nabi shalallahu alaihi wasallam ketika tiba di Kota Madinah beliau mendapati mereka (Kaum Yahudi) berpuasa Asyura. Mereka berkata, “Ini adalah hari yang istimewa, karena hari ini Allah menyelamatkan Nabi Musa dan menenggelamkan Fir’aun serta bala tentaranya. Maka Nabi Musa berpuasa sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah ta’ala. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendengar orang-orang Yahudi berpuasa pada hari itu karena alasan ini, maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
فَنَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ
“Kita lebih berhak (untuk mengikuti) Nabi Musa ‘alaihis salam daripada mereka.“
Kemudian Nabi berpuasa dan memerintahkan para Shahabat untuk berpuasa. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
8. Disunnahkan untuk berpuasa hari ke 9 Muharram sebagai bentuk menyelisihi ahli kitab
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan puasa Asyura dan beliau perintahkan para sahabat untuk melakukan puasa di hari itu, ada beberapa sahabat yang melaporkan:
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya tanggal 10 Muharram itu, hari yang diagungkan orang Yahudi dan Nasrani.”
Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ
“Jika datang tahun depan, insyaaAllah kita akan puasa tanggal 9 (Muharram).”
Ibnu Abbas melanjutkan, “Namun belum sampai menjumpai Muharram tahun depan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah wafat.” (HR. Muslim)